#OpiniTerkini #FaktaAnyar #Gerakan5M
![]() |
Ilustrasi Kedahsyatan Corona |
Sikap kita menghadapi wabah ini, perlu kesepahaman dan komitmen bersama. Agar tidak terjadi saling menyalahkan atau menuduh. Nah, sikap itu hanya dapat diambil dan dilakukan oleh pemerintah resmi.
Jadi, hal wajar bila pemerintah melakukannya. Karena mereka diamanati sesuai undang-undang untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Tapi sikap pemerintah dalam mengimplementasikannya tentu harus berdasar kuat, berwawasan kebangsaan, serta berwawasan kebijakan lokal masing-masing tempat, sehingga tidak menimbulkan pro-kontro di kalangan warga. Warga akan patuh dan manut.
Pertanyaannya, apakah masyarakat kemudian dapat manut sepenuhnya? Tanpa itupun, sesungguhnya berdasarkan konsekuensi berbangsa dan bernegara, pemerintah dapat memaksa. Tetapi kepatuhan akan berhubungan dengan masalah internal masing-masing warga negara.
Sejumlah teori menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan tergantung masyarakatnya. Antara lain pengetahuan, motivasi, persepsi, dan keyakinan terhadap upaya pengontrolan dan pencegahan penyakit, variable lingkungan, kualitas intruksi kesehatan, dan kemampuan mengakses sumber yang ada.
Begitu pula dalam hal kepatuhan terhadap protokol kesehatan yang menurut ikhtiar medis dapat mencegah penyebaran Covid, kemudian dapat mengurangi morbilitas maupun mortalitas akibat Covid-19 (Afriant & Rahmiati, 2021).
Kasus di negara kita, pemerintah Indonesia juga sudah mengeluarkan kebijakan untuk menangani Covid-19 karena mengingat angka penderita Covid-19 terus meningkat hingga saat ini. Cek artikel topik yang sama sebelumnya.
![]() |
Ilustrasi Kasus di India |
Beberapa kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia dapat kita sebutkan beberapa di antaranya, untuk menghadapi virus corona, yaitu berdiam diri di rumah (stay at home), pembatasan sosial (social distancing), pembatasan fisik (physical distancing), penggunaan alat pelindung diri (masker), menjaga kebersihan diri (cuci tangan), bekerja dan belajar di rumah (work/study from home), menunda semua kegiatan yang mengumpulkan orang banyak, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), pemberlakuan kebijakan New Normal, PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) , dan PPKM Darurat.
Bila kita teringai, hampir semua jenis pengembilan kebijakan itu, banyak dipengaruhi oleh WHO (World Healt Organization) dalam menerapkan dan mensikapi pandemi ini. Agak jarang dengan pendekatan local wisdom. Inilah barangkali titik kelemahannya.
Dalam hal mensikapi opini maupun kebijakan WHO, terkait pandemi yang kian dahsyat ini, posisi tawar Indonesia agak rendah, karena terkait berbagai kebijakan lintas negara dan global.
Tetapi banyak cerita SDM Indonesia unggul di kancah dunia, optimis kita dapat urun rempug untuk menghadapi persoalan global ini, maka untuk mencari jalan tengah atas persoalan ini, mesti dicari terus oleh berbagai pihak dan para inovator, kreator, ilmuwan untuk pengembangan solusi atas masalah ini. Kita juga nampaknya, termasuk yang sedang menunggu.*
Sumber utama: poltekkes-denpasar.ac.id dan theconversation.com
Berkah bagi kita semua #ReganaPOIN #Teknologi #MansurAsyarie